Petani Milenial Mampu Mengekspor 30 Ton Kentang Setiap Bulannya
Petani Milenial Mampu Mengekspor 30 Ton Kentang Setiap Bulannya

Petani Milenial Mampu Mengekspor 30 Ton Kentang Setiap Bulannya

Petani milenial mampu mengekspor 30 ton kentang setiap bulannya, lulus sebagai sarjana pertanian tidak membuat Agus Wibowo tertarik untuk mencari pekerjaan. Sebaliknya, ia pulang ke rumah untuk menjadi petani kentang.
Pria yang akrab disapa Agus yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah ini memulai bertani setelah menamatkan pendidikannya di bidang pertanian.

Agus adalah anak dari keluarga petani yang disekolahkan oleh orang tuanya agar tidak diangkat menjadi pegawai. Orang tua Agus berharap anaknya menjadi petani.

Ya, impian ayah saya Agus menjadi kenyataan. Putranya kini menjadi petani milenial yang sukses. Melalui kanal YouTube Capcapung (6/8), Agus berbagi cerita seputar kariernya sebagai petani kentang.

Agus mengakui, desa kelahirannya memiliki sumber daya alam yang sangat bagus yang harus dikembangkan di sektor pertanian. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan kapasitas sumber daya manusianya.

BACA JUGA :   Sejumlah Negara Asia Minta Cryptocurrency Jatuhkan Sanksi Untuk Rusia

Agus pulang ke kampung halaman membawa ilmu ke dunia kultivasi. Agus adalah petani kentang milenial yang menanam benih dan tanaman kentang premium dengan sistem modern.

Dengan bibit unggul tersebut, Agus bisa menghasilkan kentang berkualitas baik yang melimpah.

“Kami membuat kentang benih yang sangat baik. Ada dua jenis kentang yang kami kembangkan, yaitu kentang sayur dan kentang industri,” kata Agus.

Yang termasuk dalam kategori kentang vegetarian adalah jenis kentang yang biasa dimasak sehari-hari dalam sup sayur, kentang goreng, atau kue. Kentang ini empuk dan lembut serta memiliki kandungan gula yang tinggi, sehingga rasanya manis.

Sedangkan untuk kentang industri, Agus menjelaskan jenis kentang ini berwarna putih, serta memiliki persentase air dan gula yang rendah. Biasanya diolah untuk membuat keripik kentang, stik kentang, dll.

BACA JUGA :   Keuntungan Robot Trading Forex dan Resiko yang Perlu Dipahami

“Saat menggoreng kentang buatan, mereka cepat kering, kadar air dan gulanya rendah,” jelas Agus.

Awalnya, Agus menanam kentang di lahannya sendiri, namun karena permintaan yang meningkat, akhirnya ia mengajak petani lokal untuk berpartisipasi. Petani diberikan bibit dan tanaman obat.

Sistem kontrak juga berlaku di sini, sehingga kentang yang ditanam petani ini akan dibeli langsung oleh Agus saat panen. Dengan demikian, petani tidak lagi bingung mencari pembeli kentang.

“Petani mendapatkan modal awal dan obat-obatan,” kata Agus. “Awalnya ada kontrak, jadi petani tidak perlu bingung mencari pasar.”

Untuk jenis kentang industri, Agus mengaku sudah terikat kontrak perjanjian dengan perusahaan. Setiap bulan memasok 30 ton kentang untuk ekspor. Sedangkan kentang sayur yang dihasilkan juga mampu menjual rata-rata 30 ton per bulan.

BACA JUGA :   Tips Sukses Bangun Bisnis dari Nol untuk Kaum Milenial

Bagi generasi muda milenial, Agus menyarankan untuk mencoba terjun ke dunia pertanian karena bisnis ini cukup menjanjikan.

“Untuk anak muda, Indonesia butuh petani milenial. Anda tidak bisa terus bergantung pada petani tradisional. Ayo anak muda, mahasiswa dan lulusan pertanian kembali ke desa untuk bertani. Jika dunia pertanian tidak maju, akan terjadi krisis pangan.”

Selain bertani, Agus juga membuka peluang bagi generasi muda yang ingin belajar bertani. Kebun ini selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar pertanian, khususnya tanaman kentang.

Dari Departemen Pertanian, ada beberapa program untuk mencetak petani milenial. “Salah satu upayanya adalah mengembangkan Sekolah Tinggi Pengembangan Pertanian (Polbangtan). Serta menyiapkan bantuan permodalan bagi mahasiswa Polbangtan yang berminat menjadi pengusaha pertanian. Ada juga bimbingan dan pendampingan teknis,” ujarnya.