Tentang Proklamasi Kemerdekaan: Tukang Soto Menusuk Kapten Belanda
Tentang Proklamasi Kemerdekaan: Tukang Soto Menusuk Kapten Belanda

Tentang Proklamasi Kemerdekaan: Tukang Soto Menusuk Kapten Belanda

Tentang Proklamasi Kemerdekaan  sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan, pada tanggal 17 Agustus 1945, gak terasa negara kita yang tercinta ini sudah berulang tahun yang ke-75. Kemerdekaan Republik Indonesia dulu tidak terjadi begitu saja, loh, Pahamifren.

Selain kemerdekaan tersebut diraih oleh para pejuang kita dengan penuh tumpah darah, ada banyak banget peristiwa yang terjadi menjelang kemerdekaan Indonesia, baik di Indonesia sendiri maupun di dunia, yang turut memengaruhi kemerdekaan Indonesia.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, situasi di ibu kota Jakarta tidak aman. Banyak pemuda turun ke jalan untuk menyerang pasukan Jepang atau Belanda.

Tidak hanya itu, banyak juga orang yang masih mendukung Belanda, terutama tentara NICA. Menurut wartawan Rozihan Anwar, dalam bukunya Jakarta Stories setelah pengumuman, dia pindah dari rumahnya di Karamat ke Jang Kengket di sekitar Bisinungan, dengan alasan keamanan.

BACA JUGA :   KIP Kuliah Ganti Skema Jadi BLT Mahasiswa

Saat itu ia menyebut eranya “Siap”, ketika anak muda memiliki lambang “Siap” untuk menyerang musuhnya.

Ruchian menyaksikan dengan mata kepala sendiri dua tentara Jepang berpakaian sipil melewati sebuah desa. Para pemuda berteriak “Siap” dan terus mengejar tentara Jepang yang melarikan diri. Keledai tentara Jepang mau tak mau ditusuk dengan bambu runcing.

Sebelum terjadi apa-apa, tentara koalisi yang sedang berpatroli tiba dan membubarkan para pemuda itu.

Kedua tentara Jepang itu masih selamat, dan nyawa mereka terselamatkan. Berbeda dengan kapten Belanda yang bertemu dengan seorang pembuat soto bernama Pak Amat.

Saat itu di Jang Bungkook, dekat Jang Kengket, seorang tentara Belanda berpangkat kapten datang ke binatu “sempurna” di Bisenungan. Prajurit itu datang dengan pistol penuh di pinggangnya.

BACA JUGA :   Calon Jemaah Haji Lansia Siap Menerima Vaksinasi Covid-19 Untuk Persiapan Haji 2021

Karena kebenciannya terhadap penjajah Belanda, Pak Amat, si pembuat soto, tiba-tiba mendekati tentara Belanda dan dengan cepat menusukkan pisaunya ke orang Belanda yang malang itu. Itu tidak banyak membantu sampai kapten Belanda meninggal di tempat.

Setelah kejadian ini, Pembuat Soto bergabung dengan para pejuang yang dipimpin oleh Lukas Kustarjo di Karawang. Lucas terkenal karena pembantaian Rwajdi, yang mengilhami “Karawang Bekasi” karya Cheryl Anwar.

Peristiwa ini merupakan pembantaian warga tak berdosa oleh pasukan Belanda di Rwajde, karena pasukan Belanda sedang mencari Locke dan pasukannya.

Rosyan mengatakan, pada masa-masa awal Deklarasi, sering terjadi perang di Tanah Abang, Senin, Jatingara, dan Manggarai. “Kalau sudah larut malam, kita tidak akan keluar dari Jang Kingket lagi,” kata Roshihan menjelaskan kondisi Jakarta yang mencekam saat itu.