Tidak ada industri makanan di dunia yang mengglobal seperti industri perikanan.
Saat ini, lebih dari 75 persen produk ikan diperdagangkan di pasar internasional. Sekitar 38 juta orang bergantung pada tanah ini untuk mencari nafkah.
Bidang budidaya ikan telah memainkan peran penting dalam kemajuan ekonomi dan memenuhi kebutuhan protein hewani di banyak negara.
Ekspor produk ikan secara global melebihi devisa dari produk produk pangan lainnya, seperti beras, coklat, kopi atau teh.
Data World Food Organization (FAO) menunjukkan bahwa produksi ikan dunia pada tahun 1984 hanya 10 juta ton dengan nilai US$12 miliar. Kemudian nilai ini naik menjadi 20 juta ton, senilai sekitar 33 miliar dolar, pada tahun 1992. setelah 10 tahun (2002) produksi global mencapai angka 51,4 juta ton, senilai sekitar 60 miliar dolar AS.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa dengan sejumlah potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan negara sebesar US$82 miliar per tahun, peternak ikan dapat menghasilkan US$61,9 miliar (sekitar 75,5 persen), sedangkan kegiatan penangkapan ikan (termasuk air umum) sekitar 16,2 miliar dolar AS. Padahal, pada tahun 2007 budidaya ikan Indonesia, meskipun produksinya berada di urutan ketiga belas di Cina, secara global menduduki peringkat ketiga setelah Cina dan India.
Ke depan, budidaya ikan akan memiliki peran untuk meningkatkan perekonomian nasional. Padahal, melestarikan budidaya ikan atas dasar ekonomi kerakyatan sangat penting dan strategis bagi kemajuan .
Tidak dapat dipercaya
Tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah Indonesia ke depan adalah bagaimana mendorong munculnya budidaya ikan secara produktif, kompetitif dan berkelanjutan.
Pemberdayaan ikan harus berbasis pada ekonomi. Dengan pemahaman ini, seluruh rakyat Indonesia harus menikmati pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan secara merata.
Pemberdayaan budidaya ikan berbasis ekonomi sangat penting dan strategis demi kemajuan ekonomi karena banyak berbagai faktor. Pertama, pertumbuhan ekonomi nasional saat ini relatif sedikit menyerap tenaga kerja.
Kedua, adanya kecenderungan meningkatnya pengangguran terbuka dan klandestin, penurunan pendapatan dan daya beli masyarakat, dan jumlah penduduk miskin yang relatif besar.
Ketiga, laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja baru sehingga laju pertumbuhan ekonomi nasional harus terus ditingkatkan agar semua angkatan kerja baru dapat terserap.
Keempat, Anda harus memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini hanya dapat dicapai melalui pertumbuhan di sektor riil, dan bukan karena sektor konsumsi. Salah satu komponen sektor riil adalah budidaya ikan.
Harus diakui bahwa budidaya ikan di tanah air sudah menjadi kawasan komersial. Namun, fakta yang terungkap sejauh ini, kemajuan tersebut belum sepenuhnya dapat diandalkan untuk mengangkat ekonomi.
Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain di dunia yang telah membuat kemajuan ekonomi melalui pengembangan budidaya ikan.
China berupaya mati-matian untuk mengembangkan industri akuakultur karena menyadari bahwa sektor tersebut merupakan kunci untuk memenangkan persaingan global yang semakin ketat.
Sebagai tanda keseriusannya, China telah mendirikan pasar ikan di sekitar Shanghai yang disebut-sebut terbesar di dunia di atas lahan seluas minimal 40 hektar, dengan estimasi nilai transaksi lebih dari Rp 27,6 miliar per hari.
Norwegia memiliki jaringan raksasa yang membentang beberapa kilometer melintasi pantai utara negara itu. Ikan salmon merupakan lambang negara dan telah menjadi tulang punggung perekonomian.
Produksi ke depan diharapkan mencapai 3 juta metrik ton, 90 persen di antaranya akan diekspor secara global.
Thailand, selain membuktikan efisiensinya dalam memproduksi banyak komoditas pertanian dan peternakan, industri udang juga sangat kuat dan lebih efisien dibandingkan Indonesia.
Vietnam sebagai negara yang masih berbau tidak sedap dalam industri perikanan budidaya, kini sangat impresif meski jumlah produksi perikanan budidaya kita lebih tinggi dari Vietnam yang hanya dua juta ton.
Tindakannya merupakan ancaman yang akan mengubah posisi Indonesia. Ekspor perikanan Indonesia tahun 2007 sebesar 3,7 juta ton, sedangkan ekspor Indonesia kurang dari 2,5 juta ton.
Perumusan kebijakan
Kisah suksek dalam meningkatkan potensi budidaya ikan untuk dapat mendukung perekonomian tidak lepas dari peran pemerintah.
Jika kita melihat esensi dari budidaya ikan di Indonesia, kita harus memikirkannya