Tahapan Pencatatan Akuntansi pada Perusahaan Dagang
Tahapan Pencatatan Akuntansi pada Perusahaan Dagang

Tahapan Pencatatan Akuntansi pada Perusahaan Dagang

Tahapan pencatatan akuntansi diperlukan dalam kegiatan bisnis perusahaan. Menurut buku “Ekonomi” yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, perusahaan perdagangan adalah perusahaan yang membeli barang dan menjualnya kembali untuk mendapatkan keuntungan.

Perusahaan dagang umumnya bertindak sebagai distributor dan pengecer. Contoh bisnis komersial antara lain supermarket, toko barang grosir, toko kelontong, dll. Kegiatannya adalah melakukan berbagai transaksi termasuk pembelian, pembayaran, penjualan, dan penerimaan dana.

Transaksi ini pasti perlu dicatat dalam tahapan catatan akuntansi. Pelaksanaan tahapan pencatatan akuntansi pada perusahaan komersial dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan ini dimulai dari pencatatan transaksi di jurnal publik dan swasta, dan mentransfernya ke buku besar, hingga penyusunan laporan keuangan.

Berikut ini adalah tahapan pencatatan akuntansi pada perusahaan dagang.

Mencatat transaksi dalam jurnal umum

Jurnal umum digunakan untuk mencatat setiap transaksi secara kronologis. Jurnal umum digunakan untuk mempermudah penyusunan kertas kerja yang berguna dalam penyusunan laporan keuangan.

Data yang dicatat dalam jurnal umum harus sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Menurut unit ekonomi “Pencatatan dan Pelaporan Transaksi Bisnis 1”, ada dua metode pencatatan dalam jurnal umum, yaitu metode fisik dan metode permanen.

BACA JUGA :   10 Daftar Asuransi Mobil Terbaik 2021

Metode fisik atau disebut juga dengan metode siklis adalah dengan mendaftarkan barang dengan harga yang relatif murah namun sering terjadi.

Cara ini biasanya digunakan oleh perusahaan dagang skala kecil. Sedangkan metode perpetual adalah metode yang digunakan oleh perusahaan yang menjual barang dengan harga tinggi dan tidak terlalu sering terjadi. Cara ini biasanya digunakan oleh perusahaan dagang skala besar.

Mempersiapkan transaksi dalam jurnal khusus

Jurnal pribadi digunakan untuk mencatat transaksi secara lebih spesifik. Jurnal khusus dibuat ketika ada banyak transaksi bisnis yang terjadi dalam periode tertentu. Perusahaan besar dengan banyak transaksi keuangan biasanya memerlukan pendaftaran dalam jurnal khusus.

Hal ini dilakukan agar proses pencatatan keuangan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Ada empat jenis jurnal khusus, yaitu jurnal pembelian, jurnal penjualan, jurnal pembayaran kas, dan jurnal penerimaan kas.

Mentransfer catatan transaksi ke buku besar

Setelah menyusun setiap transaksi dalam jurnal, langkah selanjutnya adalah memindahkan pencatatan ke buku besar atau pos. Menurut Ismawanto dalam “Ekonomi”, ada dua jenis buku besar, yaitu buku besar induk dan buku besar pembantu.

BACA JUGA :   Aplikasi Trading Saham Baru Saja di Luncurkan MNC Sekuritas

Buku besar induk mencatat semua perubahan dalam aset, kewajiban, modal, pendapatan, dan pengeluaran. Catatan dalam buku besar utama adalah akun konsol buku besar pembantu.

Pencatatan buku besar didasarkan pada informasi yang terkandung dalam jurnal pribadi dan ringkasan jurnal pribadi. Sementara itu, buku besar pembantu mencatat informasi yang dibutuhkan selain yang tercatat di buku besar utama. Buku pembantu dapat memuat nama debitur dan kreditur, rincian jenis, jumlah dan harga pokok persediaan barang.

Misalnya di buku besar dicatat “Piutang Usaha”, kemudian di buku pembantu dicatat “Piutang Usaha, Sutomo, Jepara”, “Piutang Usaha, Salsa, Klaten” dan seterusnya.

Siapkan neraca atau daftar sisanya

Sisa saldo atau daftar yang tersisa disiapkan setelah posting buku besar umum. Neraca saldo adalah kumpulan saldo akhir untuk setiap buku besar.

Fungsi penyusunan neraca adalah untuk mengungkapkan kembali apakah terdapat kesalahan dalam pemindahan data transaksi pada buku besar.

Jika saldo debet dan kredit seimbang, maka tidak ada kesalahan dalam pemindahan di buku besar. Namun, jika jumlah debit dan kredit di neraca tidak cocok, maka terjadi kesalahan dalam pencatatan di buku besar.

Siapkan penyetelan input

Selain saldo yang tersisa, catatan akuntansi di perusahaan komersial juga memerlukan jurnal penyesuaian.

BACA JUGA :   Cara Bermain Saham bagi Pemula Agar Cepat Untung

Penyesuaian jurnal menetapkan bahwa jumlah aset, kewajiban, modal, pendapatan dan beban sesuai dengan posisi sebenarnya pada akhir periode.

Ayat jurnal penyesuaian dibuat berdasarkan neraca saldo. Pada akhirnya, memasukkan penyesuaian akan mengubah akun melalui proses pencatatan transaksi sehingga sisa yang ditampilkan adalah saldo sebenarnya.

Siapkan lembar kerja atau neraca lajur

Setelah menyusun jurnal yang dimodifikasi, langkah selanjutnya adalah merakit lembar kerja atau worksheet. Lembar kerja ini diperlukan untuk menyusun laporan keuangan.

Ada dua metode penyusunan LKS, yaitu metode fisik atau ikhtisar laba/rugi dan metode permanen atau harga pokok penjualan (HPP).

Akun ringkasan laba/rugi mencatat jumlah persediaan barang di kolom ringkasan laba/rugi. Sedangkan metode HPP menyesuaikan persediaan barang yang terkait dengan pembelian, biaya angkut pembelian, retur pembelian, dan diskon pembelian.

Menyiapkan laporan keuangan

Tahap selanjutnya dari tahapan pencatatan akuntansi bisnis adalah penyusunan laporan keuangan. Secara umum, ada empat jenis laporan keuangan yang disusun, yaitu:

Laporan laba rugi, yaitu laporan yang menunjukkan apakah perusahaan memperoleh laba atau rugi. Laporan ini merupakan indikator kinerja perusahaan.

Laporan perubahan modal, yaitu laporan yang menunjukkan penambahan atau pengurangan modal perusahaan selama periode tertentu.

Neraca, yaitu pencatatan terstruktur yang menunjukkan keadaan aset, hutang dan modal suatu perusahaan dengan posisi debet dan kredit yang seimbang.

Neraca berfungsi untuk menentukan posisi keuangan perusahaan. Laporan arus kas, yaitu laporan yang menunjukkan arus masuk dan arus keluar Mohon untuk uang tunai atau uang perusahaan