Target Rp 900 Triliun (BKPM) Bantu Proyek-Proyek Mangkrak. Untuk mencapai target Rp 900 triliun hingga akhir tahun 2021, Menteri Penanaman Modal/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadaia mengatakan pihaknya telah membantu merealisasikan investasi yang mandek.
Sementara itu, data Kementerian Penanaman Modal menunjukkan investasi riil selama semester I 2021 sebesar Rp 442,8 triliun, tumbuh 10% year-on-year.
Artinya, pada semester II hingga 2021, pemerintah harus mampu mendatangkan modal investasi sebesar Rp 457,2 triliun untuk memenuhi target Rp 900 triliun hingga akhir tahun ini.
“Ini seperti strategi pertandingan sepak bola Juventus,” kata Bahlil dalam acara bertajuk “Kelola izin tanpa” yang diselenggarakan oleh Editor KONTAN, Kamis (12/8).
Bahlil mengatakan strategi defensif digunakan untuk menyelesaikan semua masalah investasi yang luar biasa dan hambatan yang belum terselesaikan. Ada dua klasifikasi investasi macet yang akan ditempuh.
Pertama, mandeknya investasi dari investor yang sudah mendapatkan izin kerja, tetapi belum mendirikan proyeknya karena berbagai alasan. Bahlil mencatat ada 191 triliun rupiah yang bisa direalisasikan tahun ini.
Prakiraan ini merupakan bagian dari goyahnya investasi yang terjadi sebelum 2019 sebesar Rp 708 triliun.
Pembangunan, sejauh ini Kementerian Penanaman Modal telah mencapai 73% dari investasi yang terhenti atau setara dengan Rp 517 triliun.
Kedua, investasi yang menerima insentif finansial tetapi tidak merealisasikan investasinya. Bahlil memperkirakan dari total investor terasosiasi, mereka harus mampu merealisasikan investasinya sebesar Rs 2.900 triliun.
“Jadi kami akan menyelesaikan apa yang ada dulu, dan kami akan menyelesaikan sampai akhir dan segala macam.
Setelah selesai kita akan melihat di mana penanaman modal asing (PMA) yang benar-benar serius masuk ke Indonesia. Ini disebut ofensif.
Kalau kita peduli dengan pertahanan, kita sedang menyusun strategi bagaimana akses mencapai target Rp 900 triliun,” kata Bahlil. ke sasaran.”
Namun, Bahlil tidak memungkiri bahwa perusahaan yang masih dalam tahap konstruksi terkendala akibat semakin merebaknya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pekerjaan mereka kurang ideal.
Untuk mengatasi berbagai masalah investasi, ia tak segan-segan turun ke lapangan dan check in secara langsung.
“Kami turun ke lapangan untuk menanyakan kepada investor tentang masalah mereka, dan terkadang kami pergi mengunjungi pabrik.
Kuncinya adalah kerjasama yang baik antara pengusaha dan pemerintah, karena satu pengusaha dengan yang lain memiliki masalah yang berbeda, jadi kami tidak bisa menggeneralisasi semua masalah.” kata menteri.
Di sisi lain, Bahlil mengatakan investasi pada kuartal III 2021 memiliki tantangan yang sangat berat.
Pasalnya, peningkatan kasus Covid-19 yang signifikan memaksa pemerintah memberlakukan pembatasan Tingkat Mobilitas Masyarakat 2 sampai 4 (PPKM) di Jawa dan luar Jawa.
“Saya sampaikan kepada teman-teman bahwa triwulan III masa yang berat (realisasi investasi) karena kita kena PPKM kurang lebih 1,5 bulan,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahdalia.
Namun, Bahlil menegaskan pengusaha sudah terbiasa dengan kondisi pandemi. “Tetapi seorang wirausahawan yang waras tidak boleh menyerah pada keadaan, karena setiap ada kesulitan, ada secercah harapan yang harus diciptakan. Pengusaha hebat adalah pengusaha yang harus keluar di saat-saat sulit.”
Ekspansi investasi di masa pandemi virus corona tercermin dari realisasi investasi triwulan II 2021 sebesar Rp 223 triliun, meningkat 16,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 191,9 triliun.
Nilai tersebut berasal dari FDI sebesar Rp 116,8 triliun dengan tingkat pertumbuhan 19,6%. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 106,2 triliun, naik 12,7% year-on-year.
“Investasi langsung asing mulai membaik sementara investasi asing langsung di negara lain masih menurun, dan kami memiliki PMA hingga 52,4% dan PMDN sebesar 47,6%,” kata Bahlil.