DAFTAR ISI
Pasangan Indonesia, Greysia Polii (kanan) dan Apriyani Rahayu merayakan kemenangannya setelah mengalahkan Chen Qing Chen dan Jia Yi Fan dari China pada pertandingan perebutan medali emas ganda putri pada Olimpiade Musim Panas 2020, Senin, 2 Agustus 2021, di Tokyo, Jepang.
Kerja keras Greysia Polii selama 18 tahun kariernya berakhir klimaks. Bersama pasangan ganda putrinya, Apriyani Rahayu, atlet berusia 33 tahun itu berhasil meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Greysia Polii, pebulutangkis kebanggaan Indonesia, lahir di Jakarta pada 11 Agustus 1987. Bakat Greysia mulai tercium di usia enam tahun.
Pada 1995, ia bergabung dengan klub bulutangkis Jaya Raya Jakarta sebagai tunggal putri. Saat usianya 14 tahun, ia dipindahkan dari pemain tunggal ke ganda. Keputusan itu berbuah hasil setelah Greysia dipromosikan ke timnas bulutangkis pada 2003.
Greysia memulai kariernya sebagai atlet ganda putri dan ganda campuran. Dia berhasil memenangkan Kejuaraan Nasional (Kejurnas) 2003 bersama pasangan ganda putrinya, Heni Budiman.
Greysia terus berganti pasangan mulai dari Jo Novita, Nitya Maheswari, Anggia Shitta Awanda, Meilina Jauhari, sebelum menemukan duet sehatinya, Apriyani Rahayu.
Gelar turnamen major pertama untuk Greysia adalah Filipina Terbuka. Kala itu, ia memenangkannya bersama pasangan ganda putrinya, Jo Novita
Pada 2014, ketika berpasangan dengan Nitya, Greysia Polii berhasil membuat kejutan dengan meraih medali emas Asian Games Incheon di Korea Selatan.
Didiskualifikasi di Olimpiade London
Pada 2012, Greysia Polii didiskualifikasi dari Olimpiade London. Sekarang, kondisinya berbalik 180 derajat. Dia berhasil menjadi yang terbaik di dunia untuk nomor ganda putri.
Dunia berputar untuk semua orang, begitu pula bagi Greysia Polii. Olimpiade London, Inggris pada 2012 menjadi catatan kelam baginya. Bersama pasangan ganda putrinya, Meiliana Jauhari, ia dilarang meneruskan kiprahnya di Olimpiade London.
Federasi Bulangkis Dunia (BWF), menjatuhkan hukuman diskualifikasi untuk Greysia/Meiliana dan tiga ganda putri lainnya, Jung Kyung-eun/Kim Ha-na, Ha Hung-eun/Kim Min-jung (Korea Selatan), dan Xialo/Yu Yang (China) dengan vonis pelanggaran disiplin.
Keempatnya dianggap melanggar “Code of Conduct” pemain di bawah BWF berturut-turut dengan Pasal 4.5 dan 4.6 yang berisikan “Tidak berusaha sebaik mungkin untuk memenangi pertandingan” dan “Dengan sengaja dan jelas melecehkan dan merugikan olahraga”.
Sembilan tahun berselang, Greysia Polii bersama pasangan barunya, Apriyani Rahayu berpeluang untuk mencetak sejarah bagi Indonesia sebagai ganda putri pertama yang mendulang medali emas Olimpiade.
Greysia/Apriyany berhasil lolos ke final Olimpiade Tokyo untuk menantang pasangan China, Chen Qingchen/Jia Yifan di Musashino Forest Sport Plaza BDM, Tokyo, Senin (2/8/2021).
“Begitu banyak orang, bukan hanya saya, telah melalui kesulitan dan momen tidak terlupakan. Saya kira, Olimpiade London mengajari saya untuk tidak pernah menyerah dengan mimpi,” kata Greysia dinukil dari laman Olimpiade.
“Saya tahu, saya tidak hanya mengatakannya. Saya ingin bersungguh-sungguh setiap harinya dalam hidup saya. Saya hanya benar-benar berjuang hari demi hari. Ini hanya bonus dari Tuhan bahwa saya bisa berada di sini, di final Olimpiade Tokyo,” tutur Greysia.
Nyaris Pensiun
Greysia Polii kembali berkancah di Olimpiade, kali ini di Rio de Janeiro, Brasil pada 2016 berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Namun, laju keduanya terhenti di perempat final.
Pasca-Olimpiade Rio, Greysia sempat berpikir untuk gantung raket. Alasannya, Nitya Maheswari memilih gantung sepatu gara-gara cedera serius.
Untungnya, Greysia punya pelatih, Eng Hian dan keluarga yang begitu perhatian kepadanya. Dia diminta untuk terus melanjutkan kariernya.
Pertemuannya dengan pebulutangkis berusia 19 tahun, Apriyani Rahayu pada 2017, makin membuatnya mantap untuk tetap eksis di dunia bulutangkis.
“Ini merupakan perjalanan panjang bagi saya. Begitulah cara ketika Anda ingin menunggu dan bertahan. Entah Apriyani datang dari mana, pada 2017, ketika saya hendak pensiun setelah Olimpiade Rio,” jelas Greysia.
“Pada 2017, saya berada di Pelatnas PBSI dan akan gantung raket ketika Nitya cedera dan menjalani operasi. Tetapi, pelatih bilang ke saya untuk menunggu lebih dulu dan membantu pemain muda untuk bangkit,” terangnya.
Keputusan Greysia bertahan dan menyambar peluang berduet dengan Apriyani ternyata menjadi keputusan yang sangat tepat.
Pada 2018, Greysia/Apriyani sukses merajai Thailand Open dan prestasi itu membawanya kembali bangkit.
“Lalu, kami memenangkan Thailand Open dan begitu cepatnya kami meraih prestasi. Saat itu, saya merasa ‘Oh Tuhan, saya harus berlari empat tahun lagi!'” imbuh Greysia.
“Saya tidak muda lagi. Tapi akhirnya, Apriyani datang. Saya menunggunya untuk waktu yang lama. Ini luar biasa. Saya kira situasi dan kondisi di lapangan berpihak kepada kami. Kami hanya ingin memberikan yang terbaik,” imbuh Greysia.
Musibah untuk Greysia
Pada akhir tahun lalu, Greysia dihadapkan dengan musibah berat. Kakak laki-lakinya, Rickettsia, meninggal dunia pada 23 Desember 2020.
Pilu bagi Greysia kian bertambah karena kakaknya pergi hanya sehari setelah ia melangsungkan pernikahan.
Buat Greysia, sang kakak telah diibaratkan sebagai pengganti ayahnya yang lebih dulu wafat saat ia masih kanak-kanak.
Ujian buat Greysia makin berat lantaran beberapa anggota keluarganya juga terpapar COVID-19.
“Saya tahu ini sudah beberapa bulan lalu. Pada 2019, kakak tahu bahwa saya telah memberikan segalanya untuk bulutangkis. Dia puas dengan pencapaian saya,” imbuh Greysia.
“Dia mengajari saya berbagai hal. Pada Maret 2020, Olimpiade Tokyo ditunda. Saya pikir dia akan menunggu saya hingga saat ini. Tetapi dia hanya ingin menunggu perpisahan saya, kemudian pergi.”
“Kakak saya memberikan segalanya. Saya tidak mempunyai ayah sejak berusia dua tahun. Dia seperti ayahku. Saya pikir saya akan memberikan yang terbaik untuknya dan saya tahu dia menikmatinya dari atas langit,” tutur Greysia.
Medali Emas Olimpiade Tokyo
Greysia/Apriyani berhasil merebut medali emas Olimpiade Tokyo setelah mengalahkan wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan 21-19 dan 21-15 di Musashino Forest Sport Plaza BDM Court 1, Tokyo, Senin (2/8/2021) siang WIB.
Medali emas dari Greysia/Polii adalah yang pertama bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo.
Greysia/Apriyani juga mencetak sejarah. Keduanya menjadi satu-satunya ganda putri Indonesia yang mampu merebut medali, terutama emas di Olimpiade.
Keberhasilan Greysia/Apriyani juga menjaga tradisi medali emas untuk Indonesia di cabor bulutangkis Olimpiade. Sebelumnya, Indonesia selalu mengirimkan wakilnya pada podium tertinggi, kecuali pada 2012.